Eramuslim – SIAPAPUN yang menegakkan tauhid, sudah menjadi sunnatullah, dibenci oleh orang yang bertentangan visinya. Kita lihat Rasulullah, luar biasa akhlaknya, tidak ada cacatnya. Bicaranya benar, janjinya selalu ditepati, gelarnya al-Amin.
Ketika mulai menyuarakan Laa ilaaha illallah, semua berbalik. Yang suka menjadi murka, kawan menjadi lawan, yang dekat menjadi jauh.Ketika tauhid ditegakkan, maka akan timbul reaksi. Siapa yang reaksinya paling kuat? Yaitu orang yang tidak bertauhid, yang menuhankan dunia; harta, jabatan, kedudukan.
Lalu bagaimana sikap Rasulullah? hanya satu hal, yaitu istiqamah, konsisten dengan apa yang disampaikannya. Tidak gentar, tidak terpengaruh oleh apa pun. Karena Rasulullah menyampaikan risalah tauhid bukan supaya ditaati orang, tapi membuat orang taat pada Allah.
Tapi karena prasangka dan kecintaan pada dunia, semua kesempurnaan yang ada pada Rasulullah seolah menghilang dari orang-orang yang menentangnya.
Ada prasangka, ada fakta. Prasangka itu dilarang oleh Allah. “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa,” (QS. al-Hujurat [49]:12).
Orang yang berprasangka, juga Allah hujamkan kegelisahan di hatinya. Orang yang berprasangka menjadi buta dan tuli terhadap kenyataan. Yang dia cari bukan kebenaran, tapi pembenaran atas prasangkanya.
Makanya, setelah prasangka, orang menjadi tajassus, mencari-cari yang bukan hak atau pun kewajibannya, mengorek-ngorek hal yang bukan tanggungjawabnya di dunia dan akhirat.