Eramuslim – AZAB Allah yang bersifat penghancuran umum – menurut sebagian ulama – tidak terjadi lagi setelah Allah Ta’ala menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa berdasarkan isyarat dari ayat Alquran:
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia, petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat.” (QS. Al-Qashash: 43)
Terkait isyarat dari ayat tersebut, Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, Bahwa sesudah diturunkan Taurat, Allah tidak mengazab suatu umat dengan azab yang menyeluruh… Sementara Firaun dan bala tentaranya dibinasakan sebelum Nabi Musa menerima Taurat. Terlepas dari pendapat tersebut, ada beberapa hal yang menjadi penghalang turunnya azab Allah dengan penghancuran menyeluruh sebelum hari kiamat.
Azab Allah dengan penghancuran menyeluruh disebut dengan istilah azab istishal yaitu azab dengan penghancuran suatu komunitas secara menyeluruh sehingga tidak ada yang hidup lagi di antara mereka, seperti yang terjadi pada kaum Ad, Tsamud, kaum Nabi Luth dan Firaun beserta bala tentaranya. Ada beberapa faktor yang dapat menghalangi turunnya azab Allah yang bersifat penghancuran umum tersebut, meskipun azab Allah kepada individu atau beberapa pihak yang zalim masih mungkin terjadi.
Pertama, keberadaan pribadi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, atau para ulama dan dai atau kaum muslimin yang melakukan amar maruf nahi munkar di tengah-tengah masyarakat.
‘Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: “Ya Allah, jika betul (Alquran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.’ (QS. Al-Anfal: 32-33).