Sedangkan jika cahaya sudah masuk ke dalam relung kalbu, maka yang ada hanyalah mencintai Allah dan tidak akan melirik siapapun, yang ideal dan benar tentulah cahaya yang benar-benar masuk ke dalam lubuk kalbu hingga relungnya.
kalbu yang tidak ada di sana apa atau siapa pun kecuali Allah. Orang ini tidak mencintai siapa pun kecuali Allah, dan tidak menyembah selain Dia.
Gus Baha mencontohkan, orang yang level cahayanya baru sampai luar saja (dzahir) akan berucap, “aku sedekahkan ke Rukhin karena Allah. Uangku yang kuberikan juga karena Allah SWT. Berarti masih ada “aku” di sana dan “uangku” menandakan masih ada rasa memiliki. Demikian juga dengan kalimat “salatku, puasaku”. Hal tersebut, menurut putra Kiai Nur Salim masih dibenarkan, karena bagaimanapun itu masih cahaya ilahi.
Namun jika cahaya itu sudah merasuk ke dalam kalbu. Ia akan berucap, “Ini uang milik Allah dan kuberikan ke Rukhin karena perintah Allah. Salatku pun itu karena hidayah dari Allah, dan salat ini pun dilakukan demi Allah,” ucap Gus Baha dalam akun YouTube Santri Gayeng. (Okz)