Oleh Ustadz Didik Hariyanto, MA
Untuk mendidik kita menjadi orang yang memiliki ketajaman hati, puasa merupakan salah satu caranya, karenanya pada waktu puasa, teguran orang lain kepada kita meskipun dengan bahasa isyarat sudah menyadarkan akan kesalahan yang kita lakukan, ini membuat kita dengan mudah bisa menangkap dan membedakan mana yang haq dan mana yang bathil, sesuatu yang selama ini semakin hilang dari pribadi masyarakat kita sehingga yang haq ditinggalkan dan yang bathil malah dikerjakan,
Yahya bin Mu’adz berkata: “obat hati ada lima: membaca al Quran dengan penuh penghayatan, mengosongkan perut, shalat malam, sujud dan berteman dengan orang-orang soleh”
Ada juga orang yang mengadu tentang kekerasan hati¬nya kepada Malik bin Dinar maka dia menjawab, “Sering¬lah berpuasa. Apabila hati masih saja keras maka per¬banyaklah melakukan shalat malam. Dan, jika masih juga hati tersebut keras maka jangan terlalu banyak makan.”
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al A’raf, 7 : 31)
Tidaklah Bani Adam memenuhi kantong yang lebih buruk dari perutnya, hendaklah Bani Adam makan sekedar menegakkan punggungnya, jika tidak bisa (terpaksa), maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiganya untuk nafasnya.” (HR. Imam Tirmidzi)