Alasan Allah SWT Menceritakan Kisah Burung Hud-hud ke Dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab dakwah, di dalamnya banyak menceritakan banyak kisah yang dapat dijadikan pedoman hidup manusia kelak. Adapun tokoh tauladan serta pengajarannya dapat dijadikan renungan para umat Islam sedunia.
Tidak salah lagi, jika cerita nabi Sulaiman AS dan juga burung hud-hud masuk ke dalam Al-Qur’an dan beberapa kategori kisah pengajaran. Beliau berdoa pada Allah SWT yang tercantum pada surah Shad ayat 35:
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَهَبْ لِيْ مُلْكًا لَّا يَنْۢبَغِيْ لِاَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِيْۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ
Dia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi.”
Kemudian Allah SWT mengabulkan doanya dan mengaruniai kerajaan unik padanya, yaitu berkuasa atas semua makhluk hidup mulai dari manusia, burung, hewan hingga bangsa jin. Setelahnya, beliau melakukan nadzar lalu melakukan perjalanan ke Yaman, disitulah ia bertemu seekor hud-hud.
Nama Lain dari Burung Hud-hud
Burung yang dikenal dalam kisah nabi Sulaiman ini ternyata memiliki nama lain. Hud-hud berasal dari bahasa Arab dan telah dinamai oleh orang-orang di sana sejak zaman dahulu. Sedangkan jika di Indonesia, memiliki panggilan lain lagi.
Di Indonesia hud-hud lebih dikenal dengan nama “hupo tunggal” yang bisa dijumpai di hutan Sumatera dan juga Kalimantan. Sedangkan jika dalam bahasa Inggrisnya dinamakan “hoopoe”, adalah burung diurnal (artinya aktif di siang hari).
Biasanya burung hud-hud ketika makan, mereka akan mencari serangga kecil seperti ulat, kumbang atau bisa juga belalang. Mereka akan bersarang dalam lubang pohon bekas dari hewan yang lain. Telurnya berwarna putih bersih dan berukuran kecil.