Eramuslim – CINTA Muslim terhadap Allah sang Maha Pencipta sudah semestinya tertanam mutlak di hati. Lalu sudahkah Anda mencintai Allah sepenuh hati?
Dalam kitab Al Muhadzab min Ihya Ulumuddin disebutkan:
إذا قيل لك أتحب الله تعللى؟ فاسكت فإنك أن قلت لا كفرت وأن قلت نعم فليس وصفك وصف المحبين فاحدر المقت
“Jika kau ditanya “apakah kau mencintai Allah?”, maka diamlah. Sebab jika engkau menjawab tidak, kau tidak bersyukur kepada-Nya. Namun jika menjawab iya, sifatmu tidak seperti para pecinta.”
Tidak hanya dibuat diam seribu bahasa, tetapi ungkapan tersebut seakan menyeret pada jurang keniscayaan. Sebab apa-apa yang ada pada diri seorang insan biasa masih jauh dari sifat para pecinta yang mencintai Allah dengan segenap hati. Para pecinta Allah terus meniru akhlak atau perilaku dan sifat mulia yang dimiliki Allah.
Artinya, sifat, hobi, dan kebiasaanya sendiri justru ia tanggalkan untuk kemudian menggantinya dengan mengerjakan sifat-sifat dari sang kekasih yang dicintaiNya.
Maka, akhlak-akhlak Allah yang pantas untuk kita tiru dan aplikasikan seperti pemaaf, welas asih, murah hati, dermawan, penuh kasih sayang, lemah lembut, dan lainnya, idealnya untuk ditiru dan terapkan dalam perilaku kita sehari-hari.
Dalam Tafsir Ibn Katsir disebutkan bahwa jika tidak demikian (mencintai Allah dan RasulNya melebihi segala apa yang dimilikinya), maka tunggu sajalah siksaan dan pembalasanNya yang akan menimpa di kemudian hari. Ayat tersebut berbunyi: