Bagaimana Islam Menyikapi Kesalahan Orang Lain

Misalnya, ada orang yang mencemarkan nama baik seseorang. Ada kemungkinan ia diperkarakan secara hukum, dimaafkan, atau dimaafkan plus dibaiki (diapiki, bahasa Jawa). Pihak yang dirugikan bisa dengan bijak menempuh salah satu dari ketiga sikap tersebut dengan mempertimbangkan langkah apa yang paling tepat untuk memperbaiki pribadi pihak yang memulai kesalahan itu. Namun secara umum, dengan dimaafkan dan bahkan diapiki tadi akibatnya lebih baik bagi dia dan juga si korban. Di samping dapat pahala dari Allah SwT juga tidak berlarut-larut dalam ketegangan karena berurusan dengan hukum yang menguras pikiran, tenaga, dan tidak sedikit harta.

Ayat di atas ditutup dengan ungkapan innahu la yuhibbudh dhalimin. Allah tidak menyukai orang yang dhalim. Orang dhalim di sini seperti dijelaskan Ibnu Abbas, yakni orang yang mendahului berbuat kesalahan. Sedang mufasir lain memahami sebagi sikap melampaui batas dalam membalas kesalahan orang yang telah mendhaliminya. Kedua sikap itu sama-sama dibenci Allah. (rol)

Dr Ali Trigiyatno, Dosen Pascasarjana STAIN Pekalongan dan Ketua Majelis Tarjih PCM Batang