Sifat tersebut, terang Qurratul, sangat berbahaya bagi seorang penghafal Alquran. Di akhirat nanti, di mana seharusnya mereka mendapat ganjaran yang sangat banyak dari Alquran, dengan bersifat riya dan sum’ah ini akhirnya tak sedikit pun ganjaran diperoleh.
Rasulullah bersabda,
فمن عمل منهم عمل الاخرة للدنيالم يكن له فى الاخرة نصيب
“Barangsiapa di antara mereka (umat Islam) melakukan amalan akhirat untuk dunia, maka ia tidak akan memperoleh bagian di akhirat.” (HR.Ahmad)
Maka, jika kita tidak mau pahala menghafal Al Quran hangus begitu saja, padahal sudah mati-matian berjuang mendapatkannya, maka sebisa mungkin harus menjauhi sifat riya dan sum’ah ini.
Seperti dilansir website Pondok Pesantren Tebu Ireng, jika tidak bisa menghafal atau membaca hafalan di hadapan orang lain kecuali selalu digoda oleh penyakit riya dan sum’ah, maka salah satu solusinya rahasiakanlah amalan tersebut.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yang bertaqwa, yang selalu merasa cukup dan yang merahasiakan (ibadahnya).” (HR. Muslim)
Rasulullah bersabda,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya: Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Riya.” (okz)