Allah SWT menyerukan jalan keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan, karena jalan inilah yang mengantarkan ke surga, kampung akhirat yang penuh kedamaian dan kesejahteraan. Seruan menempuh jalan kedamaian dan kesejahteraan itu harus diikuti dengan menempuh jalan Islam.
“Dan Allah menyeru (manusia) ke Darus-salam (surga), dan memberikan petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam),” (Qs Yunus [10]: 25).
Jalan keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan itu merupakan pilihan yang petunjuk jalannya telah diberikan Allah dengan syariat-Nya. Syariat Islam sejatinya adalah peta jalan (road map) yang mengantarkan ke surga Allah, Darus-salam.
Dengan menerjemahkan As-Salam dalam kehidupan, tauhid As-Salam dapat menghadirkan budaya keamanan, kedamaian, ketenteraman, kesejahteraan, dan kerukunan. Oleh sebab itu, aktualisasi sifat As-Salam dapat diwujudkan dengan mengamalkan pesan Nabi Muhammad SAW, “Wahai umat manusia, tebarkanlah salam (jalan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan), berilah makan (kepada orang yang membutuhkan), jalinlah tali silaturrahim, dan shalat malamlah saat mayoritas manusia tidur lelap, niscaya kalian semua akan masuk surga dengan selamat dan penuh kedamaian ” (HR al-Turmudzi, Ibn Majah, Ahmad, al-Darimi, dan al-Hakim).
Jadi, esensi Islam itu adalah subul As-Salam (jalan keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan) yang berasal dari Allah, yang diyakini dapat mengantarkan Mukmin ke surga-Nya, Dar As-Salam (kampung akhirat yang penuh keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan abadi). ROL
Oleh Muhbib Abdul Wahab, Dosen Pascasarjana FITK UIN Syarif Hidayatullah dan Sekretaris LP2 PP Muhammadiyah.