Eramuslim – Rasulullah SAW bersabda, ‘‘Siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian, hendaknya berkata baik atau diam, dan siapa yang beriman (percaya) kepada Allah SWT dan hari kemudian harus menghormati tetangganya, dan siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian, harus menghormati tamunya.”
Demikian indahnya Islam mengajarkan hidup bertetangga, membangun harmonisasi dengan tetangga, saling mengulurkan tangan dalam kesusahan, dan saling memberi penghargaan dan keselamatan manakala tetangga mendapat keberuntungan. Tetapi, terkadang kenyataan hidup bertetangga menghadapi kendala tak ringan, sebagai media ujian bagi kita yang beriman kepada Allah SWT.
Kendala kehidupan bertetangga berbeda dengan apa yang Rasulullah SAW pesankan. Kehidupan bertetangga kita sering dihiasi prasangka buruk yang tak ada habis-habisnya, saling menggunjing, membongkar aib sesama, tak peduli penderitaan tetangga, berat hati mengulurkan tangan pada yang membutuhkan. Bahkan, ada yang tak saling tegur sapa selama puluhan tahun karena faktor ketersinggungan semata. Naudzubillah mindzalik.
Padahal Rasulullah SAW bersabda, ‘‘Sebaik-baik sahabat di sisi Allah SWT adalah mereka yang terbaik kepada sahabatnya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah SWT adalah mereka yang terbaik pada tetangganya.”
Adapun hadis lain, ‘‘Barangsiapa beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, maka janganlah dia sakiti tetangganya.”