Maksud hadist di atas adalah disyariatkan supaya memperbanyak amal shaleh pada 10 hari pertama Dzulihijjah, dan hari Arafah termasuk di dalamnya.
Kemudian ada dalil yang mengatakan tentang keistimewaan bulan Arafah;
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
“Tidak ada hari di mana Allah Azza wa Jalla membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para malaikat dan berkata: Apa yang mereka inginkan?” (HR. Muslim no. 1348)
“Dengan melakukan wukuf di Arafah, Jamaah akan mendapatkan keberkahan dunia dan akhirat. Karena itu salah satu rukun menunaikan ibadah haji. Ibadah haji rukun Islam yang ke lima. Semua pahalanya besar,” ujarnya.
Saking besarnya keutamaan wukuf di Arafah, jutaan muslim dari berbagai penjuru dunia berdatangan ke sana. Salat, dzikir dan berdoa. Kelebihan 9 Dzulhijah di Arafah adalah waktunya yang sudah jelas, sementara Lailatulqadar tidak dapat dipastikan waktunya. Hanya ada petunjuk saja, turunya sepanjang bulan Ramadan atau di malam-malam ganjil 10 hari terakhir Ramadan. (okz)