5. Kekejaman hati orang-orang kaya, sehingga menghalangi hati mereka untuk berbelas kasih dalam memenuhi kebutuhan dan hajat orang-orang fakir dan miskin, kebanyakan orang kaya tidak suka mengulurkan tangan memberikan bantuan dan pertolongan bagi si fakir miskin yang sangat membutuhkannya, sehingga akibatnya, si fakir miskin berdendam hati dengan penuh permusuhan, disebabkan karena penghidupannya yang penuh penderitaan dan kesengsaraan tidak mendapat perhatian dari si kaya yang hanya bersenang-senang dalam kehidupannya yang penuh dengan kenikmatan dan kemakmuran.
6. Mentalitas kepanikan dan ketakutan terhadap kejadian buruk dan kesukaran yang dialaminya, sehingga umat kehilangan kekuatan perlawanan serta kekuatan menjaga diri, mereka menjaga lemah, jatuh menyerah di hadapan kejadian-kejadian buruk dan musibah-musibah itu, juga di hadapan musuh dan kaum yang memeranginya.Apabila kita mengenal prinsip-prinsip sunnatullah dan menelaah pula sejarah yang jujur mengungkapkan berlakunya prinsip-prinsip itu, baik yang positif, maupun yang negatif, maka kita akan menyadari benar bahwasanya wahyu Allah memelihara bangsa dan faktor-faktor hidup.
Wahyu Allah tidak pernah mengejutkan manusia dengan hal-hal yang tidak termasuk sunnah Allah bagi alam ini, dan wahyu-Nya tidak pernah membebani mereka dengan kewajiban yang bukan menjadi keharusan mutlak bagi tabiat alam wujud ini, atau dengan hal-hal yang tidak pernah dialami berbagai bangsa dan berbagai zaman.
Prinsip-prinsip sosial Islam sangat teliti, dan petunjuknya hanya dapat dikenali dan digapai jejaknya oleh orang-orang yang sudah sangat dalam pengetahuan dan pengalamannya dalam bidang politik, sosial dan sejarah, bahkan adakalanya untuk dapat memahaminya, kadang-kadang dituntut usaha yang sungguh-sungguh dan panjang.
Dalam sejarah terungkapkan bahwa telah banyak orang yang sepanjang hidupnya menghabiskan umurnya dalam studi dan penyelidikan tentang penyakit masyarakat dan obat yang dapat menyembuhkan penyakit-penyakit itu.
Kalau ditelaah dengan mendalam, betapa kita tidak akan kagum oleh kemampuan Nabi Muhammad saw yang telah mengajarkan prinsip-prinsip sosial yang sangat teliti. Beliau membawa petunjuk yang jelas dan dapat menggapai ilmu yang demikian luas dan dalam serta sempurna untuk menjangkau semua hal, baik yang lahir maupun batin, intern dan ekstern. Pesan itu pula yang mengungkapkan rahasianya dengan ungkapan yang kuat dan tepat dengan subjeknya.
Maha benar Allah yang mengajarkan Nabi Muhammad saw ilmu tersebut serta mewahyukan semuanya kepadanya dengan terang, “Perkataanya tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang mengajarkan kepadanya adalah pemilik kekuatan yang dahsyat.” (an-Najm, 4-5). (Inilah)
Wallahu A’lam.
Sumber: Tafsir Al-uran jilid 1 karya Syaikh Mahmud Syaltut