Kedua, bersikap qanaah, merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Dia tidak dirisaukan oleh sesuatu yang memang tidak dimilikinya. Hatinya damai, jauh dari iri hati dan dengki. Baginya, kaya atau miskin tidak memengaruhi ibadahnya. Rasulullah SAW bersabda, “Kekayaan bukanlah dari banyaknya harta. Kekayaan yang sesungguhnya adalah hati yang merasa kaya.” (HR Muttafaq ‘Alaih).
Ketiga, belajar bersabar. Memang mudah diucapkan, tapi pada praktiknya tidak semua orang mampu melaksanakan. Mata pelajaran sabar harus ditempuh sepanjang kehidupan. Mengangkat derajat seseorang ke tempat yang lebih tinggi. Ketika kita mampu bersabar atas penyakit yang menjangkiti, bencana yang menimpa keluarga, atau masalah ekonomi yang membelit, Allah SWT janjikan rahmat baginya. (QS al-Baqarah: 155-157).
Keempat, bersikap dan mengamalkan ilmu ikhlas. Setiap amal yang dikerjakan hendaknya selalu karena Allah semata, bukan ingin mendapat pujian dari sesama. Ikhlaslah dalam menerima segala ketetapan-Nya.
Dengan demikian, kita akan selalu memandang positif setiap persoalan. Apabila Allah yang Maharahman memberi apa yang kita minta, bersyukurlah. Jika Dia tidak memberi, pasrah dan ikhlaslah menerima.
Kelima, setelah berusaha keras, bertawakal. Allah SWT berfirman, “Dan hanya kepada Allahlah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal.” (QS Ibrahim: 11). Manusia hanya berikhtiar, Allah yang Mahakuasa menentukan segalanya. Hati mereka yang bertawakal takkan pernah dirundung cemas dan khawatir.
Lima kunci ini hendaknya menjadi amalan, sikap, dan nilai hidup harian. Tak mudah, tapi semuanya dapat dilakukan sejauh hati dan pikiran dipersatukan dengan keimanan. Wallahu a’lam. (rol)