Eramuslim – SEMUA musibah yang turun di muka bumi ini atas seizin Allah Subhanahu wa ta’ala. Musibah tersebut bisa menjadi ujian bagi semua hamba-Nya. Hal ini termasuk musibah pandemi virus corona (covid-19) di Indonesia dan hampir seluruh negara di dunia.
Setiap Muslimin pun diimbau tetap tawakal dalam menyikapi musibah wabah penyakit ini. Sebab dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dapat menghasilkan ketenangan dalam diri.
“Ada empat kunci yang harus dilakukan oleh seorang Muslim dalam menghadapi situasi ini,” ungkap Ustadz Mohammad Teguh Budiman, ketua pelaksana harian Yayasan Islam Al Aliim Bandung, kepada Okezone, Minggu 28 Juni 2020.
1. Meyakini pandemi covid-19 atas izin Allah Ta’ala.
Pandemi covid-19 terjadi atas qudrah dan iradah (kuasa dan kehendak) Allah Subhanahu wa ta’ala. Kemudian meyakini wabah ini bagian cobaan dari Allah dan ada hikmah terbaik setelahnya.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah (2): 216)
“Melalui keyakinan seperti ini kita semakin bergantung kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, bukan kepada selain-Nya. Tidak perlu bermuram diri atas keburukan yang menimpa, dan menyalahkan kehendak-Nya, namun yakini di balik semua kejadian ini banyak kebaikan yang Allah berikan. Berbaik sangkalah kepada-Nya, maka Allah akan menambah nikmat syukur kepada kita,” jelas Ustadz Teguh.
2. Berpikir jernih dan tenang
Ketenangan adalah buah dari keyakinan (keimanan) kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebab dengan hati yang tenang, tidak akan timbul rasa berburuk sangka, tidak mengalami kecewa, ataupun emosi berlebihan.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (QS Al Fath (48): 18)