“Jadi puasa 6 hari di bulan Syawal sama seperti berpuasa 354 hari dalam kalender Hijriah. Secara lebih substantif, upaya pengendalian diri ini tentunya tidak hanya terkait dengan makan dan minum saja, tetapi juga pengendalian hawa nafsu secara lebih luas dan ini harus berlanjut selama setahun ke depan sampai Ramadhan berikutnya,” tuturnya.
“Kalau kemarin dikatakan kita mestinya kita bersedih karena meninggalkan Ramadhan sementara kita belum maksimal menjalani latihan dan mengunduh keutamaan-keutamaannya, maka sebenarnya latihan dan keutamaan ini masih bisa kita lanjutkan di bulan-bulan setelah Ramadhan,” tambah Ustadz Khoirul.
Sedangkan latihan kedua yang dijalani pada bulan Ramadhan ialah rutinitas ibadah-ibadah sunah meliputi sholat-sholat sunnah, qiyamul lail atau sholat malam dan tadarus Alquran kita.
Semestinya rutinitas kesunahan ini tetap berjalan meski di luar bulan Ramadhan dan tidak berhenti setelah bulan puasa. Kenapa Ibadah sunah ini sangat penting? Karena ibadah sunah inilah nanti yang akan menutup kekurangan ibadah-ibadah wajib seorang muslim kelak di hari perhitungan.
“Sebenarnya ibadah-ibadah wajib itu kita jalankan sebagai sebuah kewajiban. Kalau tidak, kita berdosa. Tapi kalau hanya menjalankan kewajiban saja, kita hanya seperti menggugurkan kewajiban. Kita tidak akan mendapatkan keutungan tambahan. Padahal ibarat sebuah ‘bonus’, bonus ibadah-ibadah sunah ini nanti kita perlukan suatu saat untuk menambah kebutuhan atau kekurangan kebutuhan atau ibadah wajib kita,” paparnya.
Adapun latihan ketiga, yakni kepedulian kita terhadap sesama yang bisa kita wujudkan dalam penyaluran zakat fitrah yang berupa 2,5 kilogram makanan pokok atau uang senilainya. Zakat fitrah ini wajib bagi diri dan seluruh anggota keluarga meskipun hanya mempunyai kelebihan makanan untuk malam dan hari Idul Fitri saja.
Selain zakat fitrah, beberapa zakat-zakat mal dan sedekah sunah serta infak, juga disalurkan selama bulan Ramadhan. Inilah bentuk tanggungjawab seorang muslim dalam menjalankan hablum minannas dalam kerangka menjalankan ajaran agama Islam.
Itulah mengapa dalam Islam selalu dikenal paket antara hablum minallah dan hablum minannas. Kepedulian kita terhadap sesama manusia merupakan bagian dari manifestasi pelaksanaan ajaran Islam yang semestinya tetap kita hidupkan setelah bulan Ramadhan.
“Jadi ada tiga latihan, atau tiga semangat dari bulan Ramadhan yang perlu kita pertahankan: Pertama menahan hawa nafsu kita, syukur-syukur jika kita tetap rutin berpuasa; kedua memperbanyak ibadah sunnah; dan ketiga meningkatkan kepedulian kita kepada sesama, kepada yang lebih membutuhkan, apalagi dalam suasana musibah pandemi seperti sekarang ini,” tutupnya. (Okz)