Rasulullah sering memaafkan bukan karena terpaksa atau karena tidak mampu membalas. Melainkan karena beliau mempunyai kasih sayang dan keikhlasan sempurna. Sikap ini beliau contohkan bukan karena adanya paksaan tetapi semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah.
Menurut Imam Al-Ghazali memaafkan yang hakiki adalah ketika seseorang berhak untuk membalas terhadap seseorang namun hak itu dilenyapkan atau digugurkan sendiri. Sekalipun orang tersebut berkuasa pula mengambil haknya itu.
Sikap tawadhu, bukan berarti merendahkan martabat. Ini justru menambah ketinggian akhlak. Rasul berpesan, “Rendah hati itu tidak menambah seseorang melainkan ketinggian. Karena itu bersikaplah rendah hati, pasti Allah akan meninggikan derajatmu.”
Sikap selanjutnya adalah memberi sesuatu yang kita miliki tanpa pamrih.
وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ
“Dan janganlah kamu memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak.” (QS 74:6).
Salah satu bentuk pemberian berupa harta yang kita miliki adalah sedekah. Bersedekah itu tidak mempengaruhi harta seseorang melainkan akan semakin menambah jumlahnya. “Karena itu bersedekahlah, pasti Allah akan memberikan kasih sayang-Nya pada kalian semua.” (HR Ad-Dailami dan Ashfihani). (rol)