Atas dasar itulah, Nabi SAW mengurungkan pernikahan Khansa. Ia dipaksa ayahnya untuk menikah dengan orang yang tak dicintainya. Menurut Ibrahim Salim, Khansa adalah keturunan Bani Amr bin Auf bin Aus. Ketika masih belia, dia bertemu Nabi Muhammad. Khansa juga tercatat meriwayatkan beberapa hadis dari Rasulullah.
Alkisah, Khansa dilamar oleh dua pemuda, yakni Abu Lubabah bin Mundzir salah seorang pahlawan pejuang dan sahabat Nabi SAW serta seorang laki-laki dari Bani Amr bin Auf yang masih kerabatnya. Sebenarnya, Khansa tertarik pada Abu Lubabah. Namun, sang ayah punya kemauan sendiri, yakni memilih anak pamannya untuk putrinya.
Khansa pun akhirnya dinikahkan ayahnya dengan anak pamannya. Lalu, Khansa segera menemui Rasulullah dan mengadukan masalah itu. Ya, Rasulullah, sesungguhnya bapakku telah memaksaku untuk kawin dengan orang yang diinginkannya, padahal aku tidak mau. Rasulullah bersabda, Tidak ada nikah dengannya, kawinlah engkau dengan orang yang kamu cintai.
Lalu, Khansa menikah dengan Abu Lubabah. Menurut Ibrahim Salim, para ahli hadis saling berbeda pendapat tentang status Khansa saat perkawinan keduanya dengan Abu Lubabah. Sebuah riwayat dalam al-Muwaththa’ dan ats-Tsauri menuturkan bahwa Khansa saat pernikahan kedua masih perawan.
Sementara itu, menurut hadis riwayat Bukhari dan Ibnu Sa’ad, saat pernikahan kedua, Khansa sudah janda karena ia pernah berkata kepada Rasulullah, Wahai, Rasulullah, sesungguhnya paman anak saya, yaitu suami Khansa pertama, lebih suka kepada saya. Nabi SAW lalu menyerahkan urusan Khansa sepenuhnya kepadanya.
Kisah hidup Khansa mengingatkan kita kepada seorang sahabat wanita Rasulullah yang bernama Barirah. Menurut Ibrahim Salim, kisah hidup Barirah hampir sama dengan Khansa. Barirah adalah seorang Habasyah (budak wanita berkulit hitam dari Ethiopia). Tuannya bernama Utbah bin Abu Lahab yang mengawinkannya dengan seorang budak dari Maghirah.
Sebenarnya, Barirah tidak rela dijodohkan dengan budak tersebut seandainya dia berhak menolak. Hal itu diketahui oleh Aisyah. Maka, dibelilah Barirah dan dibebaskannya. Setelah bebas, Rasulullah SAW berkata, Kamu telah berhak atas dirimu. Maka, kamu bebas memilih.
Pada saat yang sama, sang suami yang ternyata membuntuti Barirah menangis dan memelas kasihnya. Namun, Barirah tidak menghiraukannya. Melihat hal
itu, Nabi SAW berkata kepada para sahabat, Tidakkah kalian takjub akan kebesaran cinta suaminya meskipun istrinya begitu membencinya.
Rasulullah SAW lalu berkata kepada Barirah, Takutlah kepada Allah. Sesungguhnya, dia adalah suaimu dan bapak dari anakmu. Barirah berkata, Apakah baginda Rasul menyuruh saya? Rasulullah menjawab, Aku cuma menyarankan. Barirah lalu berkata, Kalau begitu, saya tidak ada kepentingan dengannya. Demikianlah ajaran Islam menghormati kaum perempuan. (rol)