Selepasnya dipanggillah lelaki ketiga. Ia mengaku tengah beribadah sebagaimana kedua rekannya itu. Kemudian, saat menjawab pertanyaan kedua ‘Umar, lelaki ini justru ditendang.
“Aku tidak tahu,” jawab lelaki ketiga, “tiap hari ada saja rezeki yang datang kepada istri dan anak-anakku.” Tuturnya sebelum ditendang, “Kadang dikasih si Fulan, lain hari Fulan yang itu, dan seterusnya.”
Atas perbedaan perlakuan ini, Salim A. Fillah menjelaskan, “Lelaki pertama benar tauhidnya. Dia bertawakkal kepada Allah Ta’ala. Laki-laki kedua memiliki alasan yang logis dan sebagai bentuk usaha yang dia lakukan. Sedangkan lelaki ketiga, ditendang karena bertawakkal kepada makhluk.”
Kepada lelaki ketiga ini, ‘Umar juga memberikan modal untuk mengupayakan nafkah. Nasihat ‘Umar, “Bekerjalah dengan alat ini. Kerjamu sehari jauh lebih baik dari ibadahmu di masjid itu selama sebulan penuh.”
Dalam salah satu haditsnya, Nabi juga pernah sampaikan nasihat, bahwa ada dosa-dosa yang hanya bisa terhapus dengan merasakan lelahnya bekerja dalam rangka mencari nafkah. Agar tidak meninggalkan generasi lemah yang meminta-minta kepada sesama, agar mandiri dalam beribadah kepada Allah Ta’ala. [Pirman/Kisahikmah]