“Bukan begitu,” jawab sang suami, “Aku telah bersalah karena mengambil telur merpati itu.”
Namun, istrinya terus saja membujuknya agar mau mengambil telur burung merpati lagi. Akhirnya, lelaki itu mengalah. Ia pun memanjat pohon di samping rumahnya dan mencomot telur-telur merpati dari sarang,
Beberapa saat kemudian, induk merpati pulang ke sarangnya. Dia sangat kaget dan sedih karena telur-telur yang akan dieraminya sudah lenyap. Maka induk merpati kembali menemui Nabi Sulaiman AS untuk mengadukan kejadian itu.
Mendengarnya, Nabi Sulaiman pun menjadi gusar. Kali ini, putra Nabi Daud AS itu tidak memanggil lagi si pelaku. Beliau menyuruh dua setan untuk segera menghadap kepadanya. Satu setan berasal dari penjuru timur bumi, sedangkan yang lain dari ujung barat.
“Kalian berdua saya tugaskan untuk menjaga pohon besar tempat burung merpati ini bersarang. Begitu lelaki dari rumah samping pohon itu mengambil telur merpati ini, kalian harus meringkusnya. Pegang kedua kakinya, jatuhkan ia dari atas pohon!” demikian instruksi Nabi Sulaiman.
Kedua makhluk dari bangsa jin itu bergegas pergi. Demi melaksanakan perintah, mereka pun menjaga pohon itu siang-malam.
Beberapa waktu kemudian, burung merpati itu beranak lagi. Saat sedang mencari makan, sarang di atas pohon itu tampak kosong, tak terjaga. Melihat itu, lelaki tersebut segera bersiap memanjat pohon.
Belum sampai tangannya meraih tangga, lelaki itu mendengar pintu rumahnya diketuk. Ternyata, ada seorang pengemis tua yang mendatanginya untuk meminta makan. Pengemis itu tampak sangat kepayahan, tubuhnya kurus kering, dengan pakaian yang compang-camping dan kusam.
“Kami tidak punya apa-apa, maafkan,” kata sang istri.
Namun, lelaki itu teringat ada sekerat roti yang tersisa di dapur. Itulah makanan terakhir di dalam rumah ini. Ia pun memberikannya kepada si pengemis.