Orang biasa menyebutnya Masjid Kebon Jeruk. Ini karena lokasinya memang di sekitar jalan-jalan Kebon Jeruk, Tamansari Jakarta Barat. Letak masjid ini persis di sisi jalan Hayam Wuruk. Suatu pusat kawasan pecinan di Jakarta yang begitu ramai.
Di lihat dari bangunan fisiknya, masjid ini biasa-biasa saja. Sepertinya tidak ada yang unik, kecuali letaknya yang jauh dari permukiman muslim. Kita akan menemukan keunikannya ketika menoleh ke belakang, kapan masjid ini dibangun.
Menurut sejarahnya, masjid ini dibangun pada tahun 1718 M oleh seorang cina muslim yang hijrah dari Negeri Cina. Namanya Chau Tsien Hwu. Ia bersama isterinya, Fatima Hwu, dan rombongan muhajirin lainnya membangun dan mengelola masjid ini.
Chau sebenarnya tidak membangun masjid baru. Ia hanya meneruskan sebuah bangunan mushollah kecil yang memang sudah berdiri di situ sejak lama. Sayangnya mushollah kecil itu sudah tidak terawat. Bangunan mushollah ini bundar, beratap daun nipah, bertiang empat, dan masing-masing tiang dipenuhi ukiran.
Chau Tsien Hwu berserta isteri dan rombongan umat Islam Tionghoa lainnya datang ke Kebon Jeruk setelah terdesak oleh penguasa Dinasti Chien yang menganut agama Budha.
Saat ini, Masjid Kebon Jeruk oleh Dinas Kebudayaan dan Permusiuman DKI Jakarta dilestarikan sebagai salah satu cagar budaya. (MN)