Eramuslim – SALAH satu kekuatan seorang pemimpin adalah kemampuannya dalam berkomunikasi. Rasulullah SAW merupakan sosok pemimpin dengan kemampuan berkomunikasi yang tiada duanya. Beliau mampu menjelaskan Islam dengan sangat brilian, baik kepada pihak luar maupun kepada umat Islam sendiri. Kepada pihak luar, Rasulullah SAW menjelaskan bagaimana bagus dan indahnya Islam. Adapun terhadap umat Islam, beliau bisa memotivasi dan membangun sinergi.
Komunikasi di sini adalah kata-kata. Adapun kata-kata atau kalimat yang baik itu adalah kalimat yang bukan untuk kepentingan pribadi atau kalimat yang tersimpan maksud lain di baliknya.Kata-kata atau kalimat yang diucapkan harus benar-benar tulus demi kemaslahatan. sebab, apabila kita sudah disibukkan dengan kepentingan pribadi atau lainnya, perkataan kita akan melemah dengan sendirinya.
Ambil contoh, seorang pimpinan ditanya oleh karyawannya yang bertugas menyiapkan air minum apakah dia sedang berpuasa sunnah Senin-Kamis ataukah tidak. Kemudian dijawab oleh pimpinan dengan bahasa yang bagus, sesuai kaidah EYD, dan dalil yang komplit. Akan tetapi, penjelasan itu malah terkesan berbelit-belit bagi karyawannya, sehingga justru membuatnya semakin bingung.
Mengapa? Karena dalil-dalil yang disebutkan itu hanya untuk kepentingan dirinya supaya tetap dipandang saleh, walaupun pada Senin itu dia sedang tidak berpuasa.
Dalil-dalil yang sekadar dalih seperti ini tidak ada di hati Rasulullah SAW. Beliau bicara hanya untuk kemaslahatan, lillahi ta’ala. Bukan untuk pencitraan atau supaya dianggap fasih. Beliau bicara hanya untuk kemaslahatan, dan cukup. ltulah rahasianya.