Eramuslim – Pada suatu kesempatan Rasulullah menyampaikan pesan kepada para sahabatnya tentang kekhawatirannya. Kekhawatiran Rasulullah terhadap umatnya ini disampaikannya melalui hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad berikut ini:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ الرِّيَاءُ
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya’.” (HR Ahmad).
Maka dari itu hati-hatilah dengan syirik kecil, yaitu riya. Karena riya ini akan merusak amal yang telah kita kerja. Melihat isi hadits tersebut, Pimpinan Majelis Talim dan Zikir Baitul Muhibin, Abdurrahman Asad Al-Habsyi, mengatakan menyembunyikan amal adalah cara paling efektif agar amal saleh yang kita lakukan dapat terhindar dari riya.
“Ibadah yang dilakukan di tempat yang jauh dari pandangan manusia, hanya kita dan Allah SWT saja, akan menjadikan hati lebih tenang dan tidak sibuk mengharap penilaian manusia,” katanya melalui pesan hikmahnya, Senin (5/10).
Habib menyampaikan, untuk tidak disalahfahami, persoalan riya tidak terletak pada persoalan mendapatkan kedudukan itu sendiri, atau melakukan perbuatan baik itu sendiri, melainkan terletak pada adanya motif ‘halus’, terselubung untuk mencari kedudukan (dilihat, dipuji, disanjung dan lain-lain) dalam melakukan suatu perbuatan.
Seorang Nabi adalah orang yang terpandang di penjuru dunia, namun beliau tidaklah riya, karena beliau tidak mengejar status terpandang selama hidupnya. Seluruh kehidupannya diperuntukkan hanya untuk pengabdian kepada Allah. “Kemasyhuran beliau merupakan kemasyhuran sebagai buah anugrah Allah atas pengabdiannya,” katanya.