Penuhi Lima Syarat Ini, Bercanda Pun Berpahala

Dalam sebuah riwayat, jihad disebut Nabi sebagai siyahah; rekreasi, hiburan, tamasya bagi kaum Muslimin. Dalam riwayat lain, jihad merupakan bentuk kerahiban (Rahbaniyah); memfokuskan seluruh hidup hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala.

Tak ada pahala yang lebih agung dari berjihad di jalan Allah Ta’ala. Tentunya, jika seorang mujahid berjihad dengan ikhlas hanya berharap ridha Allah Ta’ala. Sebaliknya, jika terdapat niat ingin dipuji di hati para mujahid, kelak dialah yang akan pertama kali disiksa di neraka.

Suatu hari, datanglah seorang lelaki kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ia bertanya, “Ya Rasulullah, tunjukkan kepadaku amalan yang dapat menyamai pahala jihad?”

“Aku tidak mendapatinya,” jawab Nabi singkat.

Jelas Rasulullah selanjutnya, “Apakah engkau mampu, ketika seorang mujahid keluar untuk berjihad, lalu engkau menuju masjid untuk mengerjakan shalat terus menerus tanpa berhenti dan berpuasa selamanya tanpa berhenti?”

Jawab lelaki itu sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, “Siapa yang sanggup mengerjakan itu?”

Maka semua aktivitas dalam medan jihad, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas, akan terhitung sebagai ibadah di jalan Allah Ta’ala. Hal ini diperkuat dengan riwayat Shahih dalam Jami’ al-Saghir yang dikutip oleh Dr. Abdullah Azzam dalam Tarbiyah Jihadiyah.

“Barang siapa berperang mencari keridhaan Allah, menaati perintah imam, menginfaqkan harta berharga yang dimilikinya, berlaku baik terhadap (sesama) teman (di medan jihad), dan menjauhi kerusakan, maka tidur dan jaganya adalah pahala seluruhnya.”

Mengomentari hadits ini, Dr. Abdullah Azzam mengatakan, “Jika engkau sendiri bermain-main, maka engkau pun mendapat pahala. Seluruh waktumu berpahala. Namun, tentu saja dengan memenuhi kelima syarat dari hadits di atas tadi.” [Pirman/kisahikmah]