Jualan Nasi Padang di Pinggir Rel

Uni Ratna bersama keempat anaknya tinggal di kamar kontrakan lantai dua. Untuk menujunya harus melewati tangga dan lorong sempit nan gelap. Atapnya dari seng bekas pagar bangunan. Dindingnya dari kayu triplek sisa dengan lantai papan.

Pulang Kampung

Lebaran dan pulang kampung buat sebagian keluarga persis seperti ketupat dengan sayurnya. Terasa ada yang kurang jika satu terlewatkan. Cuma masalahnya, tidak semua keluarga mampu mengolah ‘sayur’ pulang kampung. Kalau pun ‘sayur’ ada, tetap saja terasa hambar.

Bangkit dari Kandang Kambing

Zubaidah (34) diusir dari kontrakan lantaran tak sanggup membayar uang sewa. Ia bingung, isi dompetnya kosong. Seorang temannya lalu menawarkan tempat gratis. Wajah Zubaidah yang semula ceria seketika mengkerut.

"Tolong, Jangan Jauhi Saya!"

Gara-gara dicakar tikus kecil, wajah Zakaria (46) rusak tak karuan. Jaja –panggilan Zakaria—tak menyangka jika kini mata, pipi, hidung, gigi, dan bibirnya hilang.

Akhirnya Saya Bisa Kuliah

Muhammad Yusuf Hidayat (32) bercita-cita menjadi aparat keamanan. Yusuf kecil senang jika melihat orang berpakaian seragam, lengkap dengan atribut kebesaran di pundak dan pistol terselip di pinggang. “Kelihatannya gagah.”

ATM Tanpa Mesin Milik Warga Muara Jaya

“Saya menuntut ilmu dan ‘mengabdi’ keajeungan. Lebih tepatnya saya numpang hidup dan makan di pesantren, karena saya lahir bukan dari keluarga mampu. Beberapa rumah ajeungan sudah pernah saya tinggali,” kata Gumyadi

Dapur Ramadhan

Bulan puasa buat sebagian keluarga kadang seperti pertarungan antara berkah dan musibah. Berkah ketika anugerah terasa berlimpah. Dan musibah saat pengeluaran bisa dua kali lipat dari bulan biasa. Masalahnya, tidak semua siap ketika keadaan dikuasai musibah.