Ketika semuanya dibeberkan, lanjut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Diperlihatkanlah semua amal yang dia lakukan dengan anugerah dari Rabbnya itu hingga dia merasa sangat malu karenanya.”
Malu. Maknanya bisa ganda. Negatif sebab salah memanfaatkan amal. Atau malu sebab lupa mensyukuri, padahal nilainya sangat agung. “Dia malu karena banyaknya hal nista yang ditampilkan di sana.”
“Dia malu,” kata Rasulullah dalam sabdanya ini, “karena rezeki dari Yang Maha Memberi digunakan untuk mendurhakai Sang Pengarunia.”
Bukan sekadar malu. Tapi malu yang amat mencekam jiwanya. “Rasa malu sangat parah mencekam jiwanya. Sampai-sampai keringatnya mengucur deras. Di hadapan hisab itu, hamba-hamba Allah Ta’ala akan tenggelam di dalam keringatnya sendiri.”
Pungkas Rasulullah mengakhiri sabdanya ini, “Ada yang tergenang (dengan keringatnya) hingga mata kaki. Ada yang terbenam hingga lutut. Ada yang mencapai pundaknya. Dan ada yang tenggelam hingga kepala.”
Lantaran kengerian dan mencekamnya hisab ini, Sayyidina ‘Umar bin Khaththab mengatakan, “Orang yang dihisab sudah (seperti) merasakan azab.”
Duhai diri, adakah kalian tidak berpikir sehingga lupa mensyukuri atas setiap nikmat yang kelak dimintai pertanggungjawabannya? [Pirman/Kisahikmah]