Maka mereka adalah sosok yang berjudi, berzina, mabuk, maksiat, meninggalkan shalat, enggan bersedekah, tidak memenuhi hak orang lain, dan sebagainya; namun mereka memerintahkan kepada orang-orang untuk haramkan judi, tinggalkan zina, jauhi maksiat, rajin mendirikan shalat, senantiasa bersedekah, selalu menunaikan hak orang lain, dan lain sebagainya.
Mereka lupa, mungkin. Bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan mungkin lagi, mereka memang lupa; bahwa Allah Ta’ala akan berikaan kemurkaan-Nya kepada siapa yang mengatakan kebaikan, tetapi tidak melakukannya.
Ini persis seperti yang dilakukan oleh orang-orang Ahli Kitab. Mereka menyeru orang lain untuk beriman, tetapi dirinya kafir. Mereka ajak orang lain untuk lakukan kebaikan, tetapi dirinya sibuk dengan keburukan dan semua proyek untuk memasarkan keburukan itu.
Karenanya, yang terbaik adalah apa yang dilakukan oleh orang-orang beriman. Mereka sibuk melakukan kebaikan, dan mengajak keluarga serta orang lain untuk turut melakukannya. Mereka merasa tak sempurna, sehingga senantiasa memperbaiki kualitas diri beserta amalnya. Bersamaan dengan itu, mereka pun mengajak orang lain untuk melakukannya. Bukankah doa orang yang terzalimi tak ada hijab antara dia dengan Allah Swt?
Semoga kita termasuk bagian dari orang-orang yang beriman dengan amal saleh dan mengajak orang lain kepada kebaikan, dan terhindar sejauh-jauhnya dari membakar diri sendiri; sebab mendakwahkan kebaikan, tapi tidak menjalankan apa yang didakwahkan itu. Justru, mengingkarinya. Aamiin. [Pirman/kisahikmah]