Secara singkat, Imam Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa yang terbaik dari keduanya adalah siapa yang paling bagus takwanya. Dialah yang kelak mendapatkan derajat paling tinggi di sisi Allah; baik orang miskin yang sabar atau orang kaya yang bersyukur.
Terkait dua hadits shahih yang kami kutip di atas, Imam Ibnul Qayyim menjelaskan, “Perlu digarisbawahi bahwa hal ini tidaklah mengurangi kapasitas para sahabat (yang kaya) yang masuk surga belakangan.” Mereka itu, lanjut penulis ‘Uddatush Shabirin ini, “Terkadang justru lebih tinggi derajatnya di surga daripada orang yang lebih dulu masuk surga.”
Maka yang menyebabkan keterlambatannya adalah, “Hanyalah disebabkan prosesi hisab.”
Di akhir penjelasannya, beliau mengatakan, “Derajat ‘Abdurrahman bin Auf dalam jihad, infaqnya yang berlimpah, dan sedekahnya bisa membuat dirinya masuk surga secepat kilat, sekejap mata, ataupun sekencang kuda pacuan. Semua amalnya itu tidak akan membiarkannya memasuki surga dengan merangkak.”
Demikianlah penjelasan yang lebih tepat. Sehingga, kita tidak anti dan mengutuk kekayaan, juga tidak galau, khawatir, atau bersedih dengan ujian kemiskinan yang diberikan oleh Allah Ta’ala. [Pirman/kisahikmah]