Allah SWT berbeda dengan pejabat negara, yang harus melewati protokoler lebih dahulu saat hendak bertemu dengannya. Dia (Allah) selalu siap sedia selama 24 jam penuh bersiaga untuk mendengarkan keluh kesah kita, curhatan kita, dan merespons doa-doa kita. Karena itu, dekatilah Allah dengan penuh ketulusan, juga niat yang bersih dan suci.
Sebab, tanpa ketulusan dan kesucian, hati akan mudah dikotori anasir penyakit hati yang degil dan penuh dedakian nafsu syahwat. Akibatnya, saat kita mendekati Allah dengan niat yang kotor, setiap ibadah akan menjadi sia-sia. Mendekati-Nya tidak rumit dan tidak birokratis sehingga tanpa washilah orang lain pun, ibadah yang dilaksanakan akan mendapat pahala dari Ilahi Rabbi.
Di dalam Alquran, Allah SWT berfirman, Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (QS Qaaf [50]: 16). Akhirul kalam, dengan niat yang kotor, degil, sarat nafsu, dan rendah, tentu membuat ibadah yang kita kerjakan menjadi sia-sia; sehingga tiada berarti apa pun terhadap proses mendekati-Nya.
Dengan demikian, untuk mendekati Allah, harus diniatkan secara tulus dan ikhlas karena niat adalah fondasi dasar. Dari niat yang benar, amal ibadah kita akan menjadi sebuah upaya pendekatan pada-Nya yang terasa nikmat, berkah, dan berfaedah. Wallahua’lam. (rol)