Sungguh tak berguna jika ilmu yang didapat digunakan untuk kemaksiatan dan keangkuhan. Sebab, jika demikian adanya, sesungguhnya orang seperti itu adalah yang dimaksud dalam hadis berikut, “Orang yang berat menanggung siksa di hari kiamat ialah orang yang berilmu namun tidak mendapat manfaat dari ilmunya itu.”
Tokoh berdarah Persia itu kemudian menjabarkan ilmu bermanfaat ketika dimanfaatkan dengan benar. Orang yang memiliki ilmu tidak bermanfaat diibaratkannnya dengan suatu kondisi di medan pertempuran. Di sana ada seorang yang gagah berani dengan persenjataan lengkap dihadapkan dengan seekor singa yang galak. Namun kemudian, apakah senjatanya melindunginya dari bahaya, jika tidak diangkat, dipukulkan dan ditikamkan? Tentu saja tidak.
Demikian pula, jika seseorang membaca dan mempelajari seratus ribu masalah ilmiah. Jika tidak diamalkan maka tidaklah akan mendatangkan manfaat. Orang yang memiliki ilmu bermanfaat ibarat orang yang bersenjata lengkap.
Dalam sebuah peperangan ia mengangkat senjatanya. Di sana ia berperang. Ilmu tanpa amal tidak akan berguna. Ilmu akan menjadi berfaedah bilamana diamalkan dalam kehidupan.
Imam al-Ghazali mengutip firman Allah SWT dalam surah al-Kahfi ayat 110, “Barang siapa menginginkan bertemu dengan Tuhannya maka harus beramal saleh.” Ilmu diaplikasikan dalam amal saleh. Tentu dengan kebaikan, bukan dengan keburukan yang mengancam keimanan dan kehidupan di alam semesta ini.
Jangan sampai ilmu digunakan untuk menjajah mereka yang lemah. Ilmu akan tidak bermanfaat jika sekadar digunakan untuk menghasilkan produk ekonomi yang menguntungkan, namun menghasilkan limbah yang membunuh tumbuhan di tanah Allah.
Amal saleh memperkuat ketauhidan. Amal seperti itu tidak dibarengi dengan kemusyrikan. Dalam ayat yang sama Allah berfirman, “Janganlah seseorang menyekutukan Tuhannya dalam beribadah.” Amal seperti itu akan menggambarkan ilmu seseorang yang membuat kepribadian semakin baik. Seseorang dengan ilmu yang demikian tidak akan takabur karena ia selalu bertakbir. Ia akan menundukkan kepala, seperti padi, semakin menguning semakin merunduk.
Agar ilmu bermanfaat, seseorang harus memiliki niat yang benar dalam menuntut ilmu. Jangan sampai seseorang berkali-kali mengulang pelajaran, membaca buku sambil begadang, dengan niat mencari materi dan kesenangan dunia atau mengejar pangkat. Jangan sampai niatnya hanya agar dapat dipamerkan di hadapan teman-teman. Niat seperti ini hanya akan mengakibatkan kemalangan. Sebab, tidak akan menghasilkan pahala dan ridha Allah.
Niat yang benar dalam menuntut ilmu adalah menghidupkan syariat Rasulullah dan menyucikan budi pekerti. Niat menuntut ilmu adalah menundukkan nafsu yang tiada henti mengajak pada kejahatan. Al Ghazali menekankan alangkah mujurnya bila seorang murid berniat menuntut ilmu seperti ini. (Rol)