Karena monyet kini telah langka, harga monyet pun meroket naik hingga Rp 150.000,- / ekornya. Tapi tetap saja monyet sudah sangat sulit dicari.
Sekali lagi si orang kaya mengumumkan kepada penduduk desa bahwa ia akan membeli monyet dengan harga Rp 500.000,- per ekor!
Namun, karena si orang kaya harus pergi ke kota karena urusan bisnis, asisten pribadinya akan menggantikan sementara atas namanya.
Dengan tiada kehadiran si orang kaya, si asisten pun berkata pada penduduk desa: “Lihatlah monyet-monyet yang ada di kurungan besar yang dikumpulkan oleh si orang kaya itu. Saya akan menjual monyet-monyet itu kepada kalian dengan harga Rp 350.000,- / ekor dan saat si orang kaya kembali, kalian bisa menjualnya kembali ke si orang kaya dengan harga Rp 500.000,- . Bagaimana…?”.
Akhirnya, penduduk desa pun mengumpulkan uang simpanan mereka dan membeli semua monyet yang ada di kurungan.
Namun…
Kemudian…
Mereka tak pernah lagi melihat si orang kaya maupun si asisten di desa itu! Keduanya lenyap bagai ditelan bumi.
Selamat datang di Wall Street..!
Inilah yang dikatakan orang “Monkey Business”!
Janganlah kita terjebak oleh “Monkey Business”…
Seperti pohon Anthorium. Monsteria,
Seperti ikan Lohan, Arwana, bahkan Cupang!
Seperti semua barang yang kita beli tetapi bukan karena kita membutuhkannya
janganlah serakah atau menjadi korban iklan atau trend, Islam tidak menyukai orang yang berlebihan. (rz)