“Ini adalah tantangan dari orang-orang yang mereka berpikir sederhana. Jika hujan turun, mereka meyakini agama ini benar. Jika hujan tidak turun, mereka menganggap agama ini tidak benar sebagaimana agama yang pernah datang kepada mereka.”
Lalu Syaikh pun mengangkat tangan ke langit. Ia berdoa sambil menangis. Memohon dengan penuh harap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia sangat menginginkan mereka mendapatkan hidayah dan selamat dari neraka.
“Ya Allah… masalah ini tidak ada hubungannya denganku, akan tetapi ini adalah tantangan untuk agamaku. Janganlah engkau hinakan agama ini karena kesalahan yang aku lakukan,” kata Syaikh As Sumaith dalam doanya. Ia masih terus menangis bersama doa-doanya.
Ia yakin sangat mudah bagi Allah untuk menurunkan hujan. Ia hanya khawatir jika doanya tertolak karena dosa dan kesalahannya. Dan ia khawatir kalau hujan tidak turun, penduduk desa itu akan menganggap remeh agamaNya.
Doa itu ternyata tidak sia-sia. Beberapa jam kemudian hujan turun dengan lebatnya. Penduduk desa bersuka cita. Mereka memiliki keyakinan baru, “Inilah agama yang benar. Yang Tuhannya mengabulkan doa pemeluknya bahkan tidak menunggu lama.”
Akhirnya mereka berbondong-bondong masuk Islam. Satu desa masuk Islam, bersyahadat, “Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullah.” [Muchlisin BK/BersamaDakwah]