Eramuslim – Rasulullah SAW merupakan manusia paling berakhlak mulia. Kelahiran beliau merupakan rahmat bagi semesta alam. Beliau selalu mengajarkan cinta kasih kepada umatnya, baik cinta kasih kepada sesama manusia, maupun terhadap binatang.
“Hari ini bukanlah hari pembantaian, tapi hari kasih sayang dan kalian semua dimaafkan (dimerdekakan) untuk kembali kepada keluarga masing-masing,” sabda Rasulullah SAW saat berpidato usai menaklukkan Kota Makkah atau peristiwa yang dikenal dengan ‘Fathu Makkah’.
Rasulullah menekankan kata ‘yaumul marhamah‘ yang artinya hari penuh kasih sayang, bukan ‘yaumul malhamah‘, hari pembantaian. Lalu apakah Islam mengenal hari kasih sayang?
Islam sendiri bermakna ‘Salaam’ yang artinya kedamaian atau keselamatan yang hanya dapat diwujudkan dengan sikap saling mengasihi serta saling menyayangi. Ajaran-ajaran Islam, penuh dengan kelembutan, kasih sayang terhadap sesama. Tapi juga mengajarkan sikap yang tegas bahkan keras terhadap perilaku kufur dan kezaliman.
Kenapa Rasulullah harus menaklukkan Kota Makkah kala itu? Sebab perilaku manusia dan penguasa di kota itu terus-menerus berupaya merendahkan harkat dan martabat kemanusiaan. Rasulullah sendiri terusir dari Makkah karena berupaya menegakkan kebenaran.
Seperti dilansir Jatman, menurut catatan sejarah, peristiwa penaklukkan Kota Makkah terjadi pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-8 Hijriah.
Setelah Makkah berhasil ditundukkan, Rasulullah kemudian membangun kekuatan Islam yang membungkam arogansi kekuasaan kaum Quraisy yang berpusat di sana.
Tak terbayangkan oleh mereka, Muhammad yang dulu sangat mereka benci dan bahkan mereka anggap gila, kini kembali ke kota mereka sebagai seorang pemimpin besar.
Muhammad sanggup merebut Kota Suci itu dengan kemenangan yang gemilang. Bahkan Alquran mengabadikan momen itu dengan sebutan ‘fathan mubina’ yang artinya kemenangan yang nyata (QS. Al-Fath, ayat 1).