Mengapa Rasulullah Melarang Tiup Minuman?

Pun dengan larangan meniup minuman ini. Dengan semakin berkembangnya sains kemudian diketahui bahwa ketika manusia bernapas, ia menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan karbondioksia (C02). Artinya, ketika seseorang meniup sesuatu, sebenarnya ia mengeluarkan CO2. Sementara itu, makanan atau minuman yang panas mengeluarkan uap air (H2O). Dan bukankah yang biasa ditiup orang hanya makanan atau minuman yang panas?

Apa yang terjadi jika minuman panas ditiup? Bertemulah H20 dengan CO2. Jadilah H2CO3. H2CO3 merupakan senyawa asam karbonat (Carbonic Acid) yang berfungsi untuk mengatur tingkat keasaman (pH) di dalam darah. Mengkonsumi makanan/minuman yang mengandung H2CO3 membuat keasaman dalam darah meningkat (asidosis). Jika terus-terusan mengkonsumsi makanan/minuman yang mengandung H2C)3, maka kinerja ginjal pun jadi menurun atau bahkan tidak berfungsi normal akibat asidosis berat.

Karena itulah para dokter dan ahli kesehatan di abad modern merekomendasikan menunggu minuman/makanan panas tanpa meniupnya. Padahal sejak abad ketujuh, Rasulullah telah menyampaikan hal senada dalam sabdanya:

Dari Abu Said Al Khudri bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam melarang meniup minuman (HR. Tirmidzi)

Masya Allah ternyata setelah berabad-abad baru diketahui penjelasan ilmiahnya. Maha Benar Allah dan semakin terbuktilah kebenaran agama Islam. (Inilah)