Lantas, apakah semua mimpi yang terjadi di waktu sahur sertamerta bisa dibenarkan? Bagaimana jika yang bermimpi adalah orang-orang yang tidak pernah shalat atau orang-orang kafir yang tidak mengenal Islam?
Rupanya, garansi kebenaran mimpi di waktu sahur ini hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman. “Amat besar keutamaannya,” lanjut Ustadz Salim A. Fillah, “bahkan bagi yang tidur dengan memenuhi adabnya dan berserah kepada Penguasa ruhnya, maka waktu sepertiga malam terakhir adalah saat mimpi seorang mukmin paling mendekati kebenaran.”
Jadi, kebenaran mimpi di waktu sahur hanya digaransi bagi orang mukmin dan yang tidur dengan mengamalkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Seperti berwudhu, berbaring di sisi sebelah kanan, membaca surat al-Ikhlash, al-Falaq, an-Nas, Ayat Kursi, dua ayat terakhir al-Baqarah, tasbih (subhanallah 33 kali), tahmid (alhamdulillah 33 kali), dan takbir (Allahu akbar 34 kali), serta sunnah-sunnah lainnya.
Yang tak kalah pentingnya adalah membiasakan diri mengakhiri hari dengan muhasabah, lalu berniat dan berdoa agar dibangunkan di sepertiga malam terakhir agar bisa bermunajat dalam sunnah-sunnah Tahajjud yang amat mulia.
Mudah-mudahan Allah Ta’ala mengistiqamahkan kita untuk mengamalkan sunnah-sunnah nan mulia ini. Aamiin. [Pirman/Kisahikmah]