Ada begitu banyak saudara kita yang bersikeras dalam kemaksiatan. Mereka menjalin hubungan dengan lawan jenis seraya melanggar ketentuan syariat. Saat diingatkan, mereka dengan pongah menolak bahkan mengatakan bahwa dirinya merasakan bahagia saat melakukan perbuatan maksiat tersebut.
Para politisi jahat tak kalah bodohnya. Mereka mencuri uang rakyat untuk dimanfaatkan bagi dirinya sendiri, keluarga, dan koleganya. Mereka tidak pernah merasa bersalah. Bahkan merasa sebagai makhluk suci karena membagikan sebagian harta hasil korupsinya itu untuk kepentingan sosial dan kemanusiaan.
Namun demikian, Allah Ta’ala senantiasa memiliki hikmah di balik rahasia penciptaan. Ialah pelajaran yang amat berharga bagi orang beriman yang mau menggunakan akalnya.
“Sebagai ketentuan dan hikmah,” lanjut Imam Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala memungkasi penjelasannya untuk ayat ini, “yang sempurna dari Allah Ta’ala. Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Dia. Yang Mahaesa dan tidak ada sekutu bagi-Nya.”
Mahasuci Allah Ta’ala yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahkan di dalam keburukan orang-orang kafir yang menganggap indah seluruh perbuatan buruknya terdapat pelajaran dan hikmah yang agung. Bahkan di dalam sesuatu yang terlihat benar-benar buruk sekali pun, kita sebagai orang yang beriman harus berpikir dan mengulik hikmah di baliknya.
Dan sebaik-baiknya hikmah ialah pemahaman bahwa kekafiran akan senantiasa buruk, meski terkesan indah, menyenangkan, bahkan menarik hati.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]