Terkait khasiat istighfar sebagai pelancar rezeki ini, kita bisa membaca dan menadabburinya dalam surat Nuh [71] ayat 10-12. Simpul Salim A. Fillah menjelaskan alasan pertama ini, “Jika bertaubat menjadikan berlimpahnya bentuk rezeki, maka berdosa bermakna membatalkan semua itu. Ini pemahaman pembalikannya.”
Jika alasan pertama lebih pada bentuk zahir rezeki, maka sebab yang kedua adalah terhalangnya seorang hamba dari rasa nikmat atas banyak rezeki yang diberikan oleh Allah Ta’ala.
“Yang dihalangi dari si pendosa,” tutur dai murah senyum asal Kota Gudeg ini, “adalah rasa nikmat yang dikaruniakan Allah Ta’ala dari berbagai bentuk rezeki tersebut.”
Maknanya, Allah Ta’ala tetap melimpahi seorang hamba dengan rezeki. Akan tetapi, rasa nikmatnya telah dicabut. Alhasil, banyak dan berlimpahnya itu terasa hambar. Bahkan membuat dirinya semakin haus dan berhasrat untuk menumpuknya, sebanyak-banyaknya. Tiada rasa cukup apalagi syukur kepada Allah Ta’ala.
“Karena dosa yang menodai hatinya,” jelas Imam an-Nawawi, “hamba tersebut kehilangan kepekaan untuk menikmati rezeki-Nya dan (luput) mensyukuri nikmat-Nya.”
“Dan ini,” pungkas Imam an-Nawawi sebagaimana dikutip Salim, “adalah musibah yang sangat besar.” Astaghfirullahal ‘azhiim… [Pirman/Kisahikmah]