Ketiga, masyarakat yang ditimpa malapetaka karena kebatilan dan mungkar telah melanda seluruh aspek dan segi kehidupannya. Di saat itulah ajaran dari langit turun campur tangan karena manusia sudah tidak mampu lagi memperbaiki keadaan mereka dengan menghapus kejahatan pada sesamanya.
Tampaknya sudah jadi suratan-Nya bahwa jika kebatilan mencapai puncaknya, datanglah hak (kebenaran) . Tetapi kebatilan itu tidak mudah menyerah terhadap kebenaran. Dia selalu berusaha dengan gigih untuk mempertahankan kedudukannya dengan segala keganasan dan kekejiannya. Dia juga akan menentang dan melawan hak dengan segala daya dan kemampuan yang dimilikinya, baik secara terbuka (konfrontatif) maupun secara sembunyi-sembunyi.
Nafsu manusia selalu mendambakan kekuatan, tetapi dalam kadar yang berbeda. Ada yang merasa mengungguli yang lain, ada yang merasa harus benar-benar kuat sebelum mengungguli yang lain, dan ada pula yang merasa tidak kuat, baik bagi dirinya apalagi untuk mengungguli yang lain.
Seorang yang beriman memiliki kekuatan dan ketabahan, selalu berpegang pada ajaran Allah sehingga mampu menghadapi keganasan dan kekejian kebatilan.
Dalam diri seorang mukmin terdapat dua kekuatan, tetapi dalam diri seorang kafir hanya terdapat satu kekuatan. Dirinya tidak mampu memikul beban pelaksanaan ajaran Allah. Kekuatan yang dimilikinya, hanyalah mengikuti seruan kebatilan untuk menentang ajaran Allah.
Ada juga golongan lainnya, yaitu mereka yang lemah dalam mengikuti hak dan lemah pula dalam menentang kebatilan. Mereka sedikit pun tidak mempunyai kekuatan bagi dirinya sendiri, karena itulah dia tidak mampu menerima kebenaran. Golongan inilah yang disebut munafik.
Nafsunya sangat ganas dan rakus karena seluruhnya telah dikuasai oleh kebatilan. Dia tidak mampu lagi mengendalikan dan mengekang diri sendiri.