“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya. Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Qs. al-An’am [6]: 112)
Dalam ayat ini dan ayat serupa lainnya jelas disebutkan bahwa setan merupakan musuh bagi setiap Nabi, Utusan Allah Ta’ala, atau generasi penerusnya. Setan bukan hanya berasal dari golongan jin yang tidak bisa diindra, tapi juga berasal dari golongan manusia yang saban hari kita temui.
“Dan tidak ada,” tulis Imam Ibnu Katsir menjelaskan makna ayat ini, “yang memusuhi para Utusan Allah Ta’ala, melainkan setan-setan, baik dari golongan jin maupun manusia. Semoga mereka dihinakan dan dilaknat oleh Allah Ta’ala.”
Waspadalah. Lihatlah ke sekeliling. Cermatilah orang-orang yang mendukung dakwah dan yang memusuhinya. Ketika ada orang yang terlihat bagus dalam perkara duniawi namun bersikap melawan kebaikan, maka ia bisa jadi termasuk dalam kelompok setan sebagaimana termaktub dalam penjelasan ayat ini.
Sehingga, setan-setan yang memusuhi ajaran para Nabi itu, bisa jadi wajahnya tampan atau cantik, pakaiannya bagus dan rapi, bisa pula digandrungi oleh banyak manusia yang sepemikiran dan setujuan dengannya.
Kami berlindung kepada Allah Ta’ala dari godaan setan yang terkutuk; dari setan dalam bentuk jin maupun manusia. Aamiin.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]