Kemudian ia berkata, “Hai manusia, apakah kalian tak menangisi diri kalian sepanjang sisa hidup kalian? Siapakah yang kubur adalah penuntutnya, kubur adalah rumahnya, tanah adalah tempat tidurnya, cacing adalah temannya, dan bersama itu semua ia menanti kiamat, bagainmnakah keadaannya?”
Imam Qurthubi berkata di bagian lain:
Bayangkanlah, wahai orang yang tertipu, saat sakaratul maut mendatangimu, saat jeritan dan kesulitan maut menjemputmu! Ketika itu, seseorang berkata, “Sungguh si fulan telah berwasiat, hartanya sudah dihitung.” Yang lain berkata, “Sungguh si fulan lidahnya berat. Ia tak lagi mengenal tetangganya dan tak dapat berbicara dengan saudara-saudaranya.”
Kau mendengar, tapi tak mampu menjawab. Bayangkanlah dirimu, hai anak Adam, saat diangkat dari tempat tidurmu ke dipan tempat kau dimandikan, lalu kau dimandikan dan dikafani. Keluarga dan tetangga jadi takut kepadamu. Para kawan dan handai taulan menangisimu. Orang yang memandikanmu berkata, “Mana istrinya? Suamimu telah tiada! Mana anak-anaknya yang kini menjadi yatim? Kalian ditinggalkan oleh ayah kalian, dan kalian takkan melihatnya lagi setelah hari ini untuk selamanya!”
Mereka menyenandungkan:
Wahai orang yang tertipu, kenapa kau bermain
Kau membuat angan-angan padahal kematianmu amat dekat
Kau tahu, ambisi adalah lautan tak bertepi yang perahunya adalah dunia,
maka berhati-hatilah agar kau tak binasa
Kau tahu, maut membinasakanmu dengan cepat
dan kau yakin rasanya tidak enak
Seakan kau telah berwasiat dan kau lihat anak-anak yatim
dan ibu mereka yang merasa kehilangan, meratap dan menangis
Mereka dilanda kesedihan kemudian mereka mencakar wajah
Sehingga terlihat oleh laki-laki setelah sebelumnya terhijab
Orang yang membawa kafan itu bergerak ke arahmu
Lalu tanah ditimbun ke tubuhmu, air mata pun tumpah berderai.
Abu Darda’, seorang sahabat besar, memberi nasihat, “Ada tiga hal yang membuatku tertawa, dan tiga hal yang membuatku menangis. Yang membuatku tertawa adalah orang yang mengharap dunia padahal maut mengintainya, orang yang melalaikan yang tak dapat dilalaikan (maut), dan orang yang tertawa lepas padahal ia tak tahu apakah Allah rida padanya atau murka.
Tiga hal yang membuatku menangis adalah berpisah dengan orang-orang yang tercinta, Muhammad SAW dan golongannya, kesulitan-kesulitan saat sakaratul maut, dan berdiri di hadapan Allah pada hari ketika yang tersembunyi menjadi jelas, kemudian tak tahu menuju surga atau neraka.”
Abu Darda’ (Dalam riwayat lain: Abu Dzar) berkata, “Kalian lahir untuk mati, kalian memakmurkan untuk kehancuran, kalian berambisi mengejar yang fana namun meninggalkan yang baka.” (lihat Ibn al-Mubarak, Az Zuhd wa ar[Raqa’iq”)
Imam Qurthubi memberi nasihat dan peringatan:
Mana harta yang kau kumpulkan? Mana yang kau persiapkan untuk keadaan-keadaan yang sulit dan menakutkan? Pada saat maut menjemput, semua yang ada di tanganmu jadi kosong melompong. Kekayaan dan kemuliaanmu berubah menjadi kefakiran dan kehinaan. Bagaimanakah kau nanti jadinya, hai pembeli dosa-dosa yang terhempas dari keluarga dan rumahnya?