Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim Rahimahumullah dan merupakan wasiat agung yang harus senantiasa kita pegang dan kerjakan. Dengan izin Allah Ta’ala.
Mendapatkan Kecukupan Hidup
Sebagai salah satu faktor kebahagiaan ialah tercukupinya seseorang terkait kebutuhan hidupnya. Cukup, sejatinya bukan soal jumlah. Merasa cukup adalah urusan hati yang erat hubungannya dengan rasa syukur dan qanaah. Karenanya, banyak kita jumpai orang kaya harta yang selalu merasa kekurangan. Sebaliknya, amat banyak orang yang terlihat biasa-biasa saja, tapi hatinya kaya karena merasa dicukupi.
Salah satu kunci kecukupan, ialah empat rakaat ringan di awal hari, ketika cahaya mentari sudah terasa hangat. “Wahai Anak Adam,” firman Allah Ta’ala dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud Rahimahullah, “jangan lemah untuk mendirikan empat rakaat di awal siangmu, maka Aku akan mencukupkanmu di sisa harinya.”
Adakah jaminan yang lebih baik dari jaminan Allah Ta’ala kepada makhluk-makhluk-Nya? Jika Allah Ta’ala sudah menjamin untuk mencukupi, adakah makhluk yang sanggup mencegah atau menghalanginya? Dialah sebaik-baik Zat yang Mencukupi.
Pahala Umrah
Bagi kita yang ada di Indonesia, untuk melakukan ibadah umrah harus memiliki sekitar 20-30 juta rupiah. Jumlah yang banyak jika dibandingkan dengan penghasilan rata-rata kaum Muslimin negeri ini. Akan tetapi, sebagai bentuk Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Allah Ta’ala memberikan satu alternatif ibadah yang setara umrah, tanpa harus mengeluarkan satu rupiah pun.
“Barang siapa yang keluar rumahnya dalam keadaan suci untuk mendirikan shalat wajib, pahalanya seperti pahala orang yang menunaikan ibadah Haji. Barang siapa yang keluar rumahnya untuk mendirikan shalat Dhuha, tidak ada tujuannya selain itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang menunaikan ibadah umrah.”
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud Rahimahullah ini, salah satunya berfungsi sebagai hiburan bagi kaum Muslimin yang belum memiliki kelebihan harta. Bahwa keutamaan ibadah tetap bisa dikerjakan, meski dengan cara yang berbeda. Tentunya, jika dikurniai kemampuan, melakukan ibadah umrah di Tanah Suci secara langsung lebih berkesan bagi nurani seseorang.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]