Eramuslim – عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيمِ الَّذِي هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ
“Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? Tentang berita besar. Yang mereka perselisihkan tentang ini.” (QS an-Naba: 1-3).
An-Naba’ dimaknai pakar-pakar bahasa Arab sebagai berita penting. Jika dia dibahasakan dengan lafaz (‘azhim) dalam bentuk infinitif, urgensinya akan nyata. Namun, Alquran menambah kan huruf al (definitif) dalam kata ‘azhim. Maknanya, yakni sudah pasti dia berita yang amat besar.
Surat ini turun di Makkah. Ketika kaum Muslimin belum hijrah ke Madinah. Lantas, berita apa gerangan hingga membuat orang-orang memperselisihkannya ketika ayat ini diturunkan?
Syekh Yusuf Qaradhawi dalam Tafsir Juz ‘Amma menjelaskan, mereka bertanya-tanya apakah berita ini benar atau dusta? Meyakinkan atau hanyalah sebatas dugaan tanpa dasar.
Menurut dia, mayoritas ulama tafsir berpandangan jika berita yang dimaksud merupakan kebangkitan setelah kematian. Berita ini diingkari penduduk Makkah dan orang-orang Arab pada waktu itu.
Yusuf Qaradhawi pun menukil ayat Alquran yang menjadi dalil penguat para ulama.
وَقَالُوا أَإِذَا كُنَّا عِظَامًا وَرُفَاتًا أَإِنَّا لَمَبْعُوثُونَ خَلْقًا جَدِيدًا
“Dan mereka berkata, ‘Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur. Apa benar kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?” (QS al-Isra:49).