Eramuslim – Sering kita mengucapkan kalimat “la hauwla wa la quwwata illa billah” لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّة َاِلَّا باِللهِ dalam hidup sehari-hari kita.
Kalimat tersebut disebut dengan hauwqalah. Apa sebenarnya makna dari kalimat thayyibah tersebut?
Sayyid Muhammad bin al-Alawy al-Maliki al-Hasani, dalam kitabnya Abwab al-Faraj, mengemukakan makna dari hauwqalah. Dia mengutip pernyatanan Imam as-Syadzili bahwa, kalimat ini adalah bentuk penolakan segala keburukan yang menimpa seorang hamba.
Dengan mengucapkan kalimat ini, seakan hamba tersebut menyatakan ‘Jauhkan segala keburukan dariku, dan aku alihkan daya upayaku kepada daya dan upaya Allah SWT.’
Dengan kepasrahan dan kesadaran penuh terhadap daya dan upaya Sang Khaliq tersebut, maka Allah SWT akan mendatangkan pertolongan baik langsung ataupun tak langsung kepada hamba-Nya. Prinsip ini sesuai dengan QS at-Thalaq ayat ke-3: “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”
Sayyid Muhammad juga memaparkan, pemaknaan lain dari kalimat thayyibah ini adalah, bahwa pernyataan tersebut adalah bentuk dari pelaksanaan amanat Allah SWT oleh manusia.