Imam Ibnu Katsir mengatakan, “Mereka mendapatkan rezeki yang melimpah dari langit dan juga dari bumi.” Sedangkan ‘Abdullah bin ‘Abbas menjelaskan, “Niscaya Aku (Allah) akan menurunkan hujan yang sangat deras dari langit kepada mereka.”
Lantas, siapakah yang dimaksud dengan ‘mereka’ dalam ayat ini? Siapakah sosok yang pasti dilimpahi rezeki dari langit dan bumi oleh Allah Ta’ala sebagai sebaik-baik pemberi rezeki?
Allah Ta’ala berfirman dalam potongan ayat sebelumnya, “Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapatkan makanan dari atas dan bawah kaki mereka.”
Syarat dari berlimpahnya rezeki sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas adalah, “Seandainya mereka mengerjakan apa yang terdapat di dalam kitab-kitab yang berada di tangan mereka dari para Nabi sebagaimana adanya; tanpa melakukan penyimpangan, pergantian, dan pengubahan.”
Jika orang-orang Nashrani dan Yahudi melakukan hal ini, maka mereka akan mengimani semua ajaran yang terdapat di dalam al-Qur’an yang dibawa oleh nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebab, di dalam Taurat dan Injil terdapat kabar yang membenarkan bahwa akan ada Nabi terakhir yang diutus kepada umat manusia, dan orang Yahudi serta Nashrani wajib mengimaninya.
Konsep langit ini juga berlaku bagi kaum Muslimin. Bahwa ketaatan kepada Allah Ta’ala adalah kunci yang menjadikan rezeki berlimpah. Tetapi, jangan sampai salah niat. Sebab, ada banyak kaum Muslimin yang menukar amalan akhirat dengan pencapaian dunia. Yang benar, ikhlas dan fokusklah kepada amal untuk akhirat, maka dunia akan mengikuti. Dan, Allahlah sebaik-baik pemberi rezeki. [Pirman/Kisahikmah]