Allah mengirim hujan dari langit yang belum pernah terjadi di muka bumi dan tidak akan terjadi setelahnya. Hujan tersebut ibarat gelombang yang sangat tinggi. Allah pun memerintahkan bumi untuk memancarkan air dari seluruh penjuru bumi.
Para ahli tafsir mengatakan bahwa ketinggian air mencapai lima belas hasta di atas gunung yang paling tinggi di atas bumi. Pendapat lain mengatakan tingginya delapan puluh hasta yang menenggelamkan seluruh permukaan bumi, dataran rendah maupun dataran tinggi, pegunungan maupun pesisir. Tidak tersisa satu makhluk hidup pun di muka bumi baik yang kecil maupun yang besar.
Nabi Nuh mengulurkan tangan dan memanggil anaknya, Yam sebagian pendapat menyebutnya Kan’an yang terlihat mengapung di antara air bah itu. Namun anak tertua Nabi Nuh menolak dan mengatakan akan berlindung di gunung sebagai tempat pertolongannya.
وَنَادَىٰ نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ قَالَ سَآوِي إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ
“…Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.“ (QS Huud: 42-43)
Kan’an adalah anak tertua Nabi Nuh. Ia seorang yang kafir dan berbuat keburukan. la menyelisihi ayahnya dalam hal agama dan madzhabnya, sehingga ia binasa bersama orang-orang yang binasa.
Seluruh orang-orang yang tidak beriman telah binasa dan tidak tersisa sedikitpun. Mereka ditenggelamkan oleh air bah karena sebab kesalahan-kesalahan mereka. Mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, dan mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah.
وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوا إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا
“Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.” (QS Nuh: 26-27).
Allah Ta’ala telah mengabulkan doanya-segala puji bagi Allah-sehingga tak seorang pun yang tersisa. Bahkan jika pun ada yang dikasihi, maka seorang ibu dengan bayinya tentu yang akan diselamatkan.
عَنْ قَائِدٍ -مَوْلَى عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ -أَنَّ إِبْرَاهِيمَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي رَبِيعَةَ أَخْبَرَهُ: أَنَّ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ ﷺ أَخْبَرَتْهُ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: “لَوْ رَحِمَ اللَّهُ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ أَحَدًا لَرَحِمَ أُمَّ الصَّبِيِّ”
Aisyah Ummul Mukminin telah mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah bersabda: “Sekiranya Allah mengasihi seseorang dari kaum Nuh niscaya Dia akan mengasihi ibu seorang bayi.”
Ketika manusia telah musnah dari muka bumi dan tidak ada lagi orang yang menyembah selain Allah, maka Dia memerintahkan bumi untuk menelan airnya dan memerintahkan langit untuk menahan air hujan. Seketika air menjadi surut, hujan pun berhenti, dan bahtera Nabi Nuh berlabuh di atas Bukit Judi.