Kami tak kenal agama dalam jiwa. Hanya kenal dari rutinitas, pakaian, penampilan. Ibadah kami cuma ritual harian. Tolong, tarbiyahi jiwa kami.
Dalam jiwa kami tak ada Allah dan Nabi. Hanya ada Firaun, Namrud, Abu Jahal, dan Qabil. Kami hanya beragama dari hafalan dan tampilan. Lalu ibadah kami tonjol-tonjolkan, bukan berupaya disembunyikan.
Kami sering lupa: At Taqwa ha huna, taqwa itu dalam jiwa. Bukan dari lisan dan permukaan.
Kami rindu ketauladanan menyejukan, yang terpancar dari kejernihan jiwa: hati ke hati. Bukan dari lisan pemanis kemasan, yang berbau standar ganda. Lalu memburu kepopuleran dan harta.
Allah Ya Latiffu, Ya Kahfi. Ya Hafidzu, Ya Syafi. Allah Ya Latiffu, Ya Wafi. Shalaallahu alaa Muhammad.
Mari beristigfhar atas bobroknya jiwa kita dan terkoyaknya ukhuwah di Indonesia. Duhai jiwa-jiwa yang rusak, berilmu tanpa akhlak, kembalilah… (kl/republikaonline)
Penulis: Rudi Agung
*) Pemerhati masalah sosial, tinggal di Jakarta