Lecehkan Kebenaran, Tokoh Ini Disambar Petir

Tanpa diduga, jawabannya malah terdengar nyinyir. “Siapa Tuhan yang kamu seru? Dia berasal dari besi, perunggu atau perak?” tanyanya terlihat meledek. Hal ini karena, pada waktu itu yang dikatakan sebagai Tuhan di kalangan masyarakat jahiliyah berbagai macam bentuknya. Ada yang dari batu, besi, perak, emas bahkan ada yang dari adonan roti.

Setelah mengalami penolakan, kemudian hasil dakwah dilaporkan kepada Nabi SAW. Nabi tidak berputus asa. Dikirimlah utusan lagi untuk berdakwah menyampaikan kebenaran hingga ketiga kalinya. Sayang, respons mereka sama. Menolak dan melecehkan kebenaran.

Rupanya, tak lama setelah itu Allah mengirim petir pada tokoh yang melecehkan dan menolak kebenaran itu, hingga membakarnya. Nabi pun berkata kepada utusannya, “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengirim petir padanya hingga membakarnya.”

Lalu, turunlah ayat berikut ini:

وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ وَهُوَ شَدِيدُ الْمِحَالِ

“dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.” (QS. Ar-Ra’du [13]: 13)

Kisah ini menggambarkan bahwa tidak ada baiknya sifat sombong itu. Jika memang tidak bisa menerima kebenaran, minimal tidak melecehkan, membully, berlaku nyinyir dan semacamnya. Sebab, bila Allah berkehendak, maka akhir buruk akan ditimpakan kepada pelakunya dan balasannya dilekaskan di dunia sebagaimana Fir’aun, Namrud dan tokoh-tokoh semacamnya. []