Si anak pejabat itu pun lantas memohon diri. Dengan segera, ia menjumpai ayahnya di kantor kementerian.
“Ayah,” kata si pemuda, “Tadi aku sedang bermain dadu dan menjumpai seorang kakek yang pintar. Aku sangat kagum kepadanya sehingga memintanya untuk menjadi tamu di rumah kita. Namun, ia hanya mau ikut bila engkau memberikan izin kepadanya untuk datang.”
“Baiklah kalau begitu. Jemputlah dia dan bawalah ia ke rumah kita, wahai anakku,” tutur si menteri kepada putranya itu.
Dengan perasaan gembira, pemuda itu pun kembali menemui sang kakek di tempatnya bermain dadu. Sementara itu, ayahnya sedang bersiap-siap untuk pulang dari tempat kerjanya.
“Wahai kakek,” kata pemuda tersebut, “ayahku telah mengizinkanmu untuk menjadi tamu di rumah kami. Maka ikutlah bersamaku, mari kita makan malam bersama.”
Berjalanlah keduanya hingga sampai ke lokasi tujuan. Saat hendak melangkah ke dalam rumah menteri itu, Nauf mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”. Begitu mendengar ucapan basmalah, setan-setan yang semula menjaga rumah tersebut lari tunggang langgang.
Nauf diterima dengan hangat oleh keluarga si menteri. Saat makanan dan minuman disajikan, sang tuan rumah dan anaknya langsung menyantapnya dengan lahap. Namun, Nauf terlebih dahulu mengucapkan basmalah sebelum mulai makan.