Maka semuanya berbalik seratus delapan puluh derajat ketika masa jayanya berlalu selama empat tahun. Tepat di tahun 1998 ketika terjadi krisisi global dan berdampak pada perekonomian tanah air, usahanya bangkrut, hutangnya menumpuk, kehidupannya hancur berantakan.
Kemudian perasaan sombong yang sering ditampakkan kepada anak buah dan tetangganya tempo hari memaksa dirinya untuk mengurung diri selama dua tahun. Ia malu, khawatir, minder, dan sejenisnya. Dalam benaknya, jika keluar rumah, tetangga akan menghinanya seperti dulu ketika ia meremehkan mereka
Hingga akhirnya, di suatu malam, terdengarlah adzan subuh yang berhasil mengetuk pintu hatinya. Meski setua itu, ia seperti pertama kali mendengarkan dan memperhatikan panggilan Allah Ta’ala melalui muadzin. Hatinya tersentuh, badannya tergerak untuk mendatangi masjid.
Kemudian, ketika memasuki tempat wudhu, ia mengalami kebingungan yang sangat sebab tak tahu harus memulai dari mana.
Lalu, nuraninya memberikan petunjuk agar ia mengikuti orang lain yang juga melakukan wudhu. Maka dengan malu-malu dan sembunyi-sembunyi, Qorun mengikuti gerakan wudhu yang dilakukan orang di sebelahnya. Pun ketika shalat. Ia hanya mengikuti tanpa mengerti atau bertanya makna gerakan yang ia lakukan.
Namun, selepasnya, ia merasakan kedamaian yang tak pernah dirasakannya. Hingga ia berdoa, “Ya Allah, mengapa ini baru kurasakan? Ya Allah, berikan aku kenikmatan beribadah kepada-Mu.”
Alhamdulillah, setelah itu, kehidupan Qorun kembali membaik. Dan kini, ia telah menjadi sosok muslim yang kaya, shaleh, rendah hati, dan mensyukuri setiap karunia yang diberikan oleh Allah Ta’ala. [Pirman/kisahikmah]