Eramuslim.com – Pernah terjadi gerhana pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan qadarullah, berdekatan dengan saat gerhana tersebut, putra Rasulullah yang bernama Ibrahim meninggal dunia.
Sebagian orang kasak-kusuk, bahwa terjadinya gerhana ini adalah pertanda buruk meninggalnya putra Rasulullah. Maka setelah shalat gerhana, Rasulullah berkhutbah. Diantara isi khutbahnya beliau bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَافْزَعُوا لِلصَّلاَةِ
“Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua tanda kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Terjadinya gerhana matahari atau bulan itu bukanlah karena kematian seseorang atau kehidupannya. Oleh karena itu, jika kau menyaksikan gerhana bergegaslah untuk mengerjakan shalat.” (HR. Muslim)
Demikianlah Rasulullah menghancurkan mitos yang berkembang, sebelum mitos itu membesar. Sebab mitos itu, keyakinan-keyakinan yang tidak berdasar itu, membahayakan aqidah jika ia dibiarkan.
Pada kesempatan yang lain, beliau secara tegas juga melarang tathayyur.
لاَ طِيَرَةَ
“Tidak ada tathayyur” (HR. Bukhari dan Muslim)