Sayangnya, wanita itu menolak lantaran enggan meninggalkan agama Yahudi yang dipeluknya. Katanya, “Biarlah saya menjadi tawananmu saja.” Menyedihkan. Dikasih daging, malah memilih bangkai.
Sebagai bentuk kebijakan dan pesona akhlaknya, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak melakukan paksaan. Padahal, sebagai pemimpin dan pihak yang menang dalam sebuah ekspedisi perang, hal itu bisa saja ditempuh. Tapi Nabi, memang amat beda dengan pemimpin mana pun. Beliau pemimpin pilihan Allah Ta’ala.
“Rasulullah sedih,” lanjut Dr Nizar Abazhah, “dan berharap suatu saat kelak, wanita itu akan menerima Islam.”
Qadarullah, doa Nabi Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam terkabul. Wanita Yahudi ini menerima Islam dengan suka rela. “Kabar ini disambut gembira oleh Nabi.” Sang wanita pun bergabung menjadi keluarga kenabian dan hidup bahagia penuh kedamaian sampai tahun kesepuluh Hijriyah.
Sepulang Haji Wada’, Ibunda Kaum Mukminin ini wafat. Dengan terhormat, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memakamkannya di kompleks pemakaman Baqi.
Semoga Allah Ta’ala melimpahkan rahmat dan ridha-Nya kepada Ummul Mukminin Raihanah yang telah memberikan pelajaran kepada kita tentang kisah hidup yang berliku, namun berakhir dalam bahagia di surga.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]